JBN NEWS | JAKARTA — Gelombang demonstrasi yang berujung kerusuhan dan pembakaran menyoroti kegagalan sebagian relawan kubu Prabowo Subianto dalam menjaga integritas dan perjuangan rakyat.
Ridwan Gema Puan, relawan garda depan yang dikenal loyal, menyoroti sikap rekan-rekan relawan yang kini lebih mementingkan posisi pribadi daripada aspirasi rakyat.
"Ketika tuan kami menghadapi demonstrasi besar dan tekanan politik, kalian justru sibuk mempertahankan kursi di kabinet atau komisaris BUMN/BUMD. Di manakah integritas kalian?" tegas Ridwan, pada Sabtu (6/9) di Jakarta.
Pernyataan ini menjadi sorotan bagi publik, karena menyingkap ketegangan antara loyalitas sejati dan ambisi pribadi dalam politik relawan.
Kajian ilmiah dari Universitas Indonesia (UI) tentang mobilisasi relawan menekankan bahwa loyalitas diuji ketika elite politik berada dalam krisis. Banyak relawan yang sebelumnya vokal kini cenderung "diam" demi kepentingan posisi dan jabatan, sementara rakyat tetap tertindas.
Ridwan menambahkan, para pembisik yang hanya mementingkan kelompoknya sendiri harus dibersihkan.
"Mereka merusak perjuangan kami dan mengkhianati rakyat," tegasnya.
Pernyataan ini mencerminkan kritik keras terhadap budaya oligarki yang merajalela di dalam lingkaran elit politik.
Fenomena ini diperkuat oleh gerakan media sosial generasi muda 2045, yang menjadi pengawas kebijakan pemerintah.
Kajian Center for Indonesian Social Studies (CISS) menunjukkan bahwa generasi muda kini mampu memaksa pejabat dan relawan yang abai menghadapi kritik publik. Mahasiswa kembali menjadi garda terdepan perubahan bangsa, menegaskan bahwa rakyat tidak boleh dikorbankan demi ambisi segelintir elite.
Dalam kerangka teori "Resource Mobilization", kegagalan relawan lain menunjukkan ketegangan antara kepentingan pribadi dan aspirasi rakyat.
Ridwan Gema Puan dan relawan loyal lainnya menegaskan, integritas dan keberanian dalam mempertahankan perjuangan rakyat harus lebih tinggi daripada pencapaian posisi pribadi.(sa/by)