Maulid Nabi di Istiqlal: Saat Pemimpin Bicara Akhlak, Rakyat Menanti Bukti

JBN NEWS
Jumat, 05 September 2025 | 09:54 WIB Last Updated 2025-09-05T02:56:34Z

JBN NEWS | JAKARTA — Malam khidmat di Masjid Istiqlal menyatukan Presiden Prabowo Subianto dan ribuan jamaah dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H. Gema shalawat mengalun, doa-doa dipanjatkan, dan kata-kata penuh harapan disampaikan dari mimbar.

Namun di balik lantunan doa dan janji meneladani akhlak Rasulullah, tersisa pertanyaan yang menggantung di hati rakyat: apakah pesan persaudaraan dan keadilan itu benar-benar akan menjadi arah kebijakan, atau hanya berhenti sebagai seremonial belaka?

Dalam sambutannya, Presiden Prabowo mengajak umat untuk meneladani Nabi Muhammad SAW.

"Semoga peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini menjadi momentum bagi kita semua untuk meneladani akhlak beliau yang mulia, mempererat persaudaraan, serta menebarkan kasih sayang dan kedamaian bagi sesama," ucapnya.

Ia menambahkan bahwa generasi muda harus menjadikan akhlak Rasulullah sebagai inspirasi untuk membangun bangsa yang lebih beradab.

Pesan itu terdengar indah. Tapi rakyat yang hadir maupun yang menyimak dari kejauhan tahu, sejarah bangsa selalu menyimpan jurang antara kata dan realitas. Rasulullah dikenal sebagai pemimpin yang berpihak pada fakir miskin dan kaum tertindas. Pertanyaannya: sudahkah negeri ini meneladani itu?

Peringatan ini terasa berbeda dengan hadirnya 83 jaringan media nusantara yang ikut mendampingi Presiden dan Wapres. Dari Sabang hingga Merauke, mereka menyiarkan doa dan pesan moral dari Istiqlal ke seluruh penjuru negeri.

Namun, kehadiran media juga memunculkan tantangan. Apakah media akan tetap kritis menyuarakan kepentingan rakyat, atau hanya menjadi corong penguasa? Di era Nabi, kebenaran disampaikan tanpa kompromi. Hari ini, rakyat berharap media tidak kehilangan keberanian itu.

Di tengah gegap gempita peringatan, rakyat menaruh harapan besar. Mereka ingin melihat pesan Maulid Nabi bukan sekadar kata-kata, tetapi menjadi nyata:

1. Pemberantasan korupsi yang menyengsarakan negeri.

2. Keadilan hukum yang tidak pandang bulu.

3. Ekonomi rakyat kecil yang benar-benar diperhatikan.

4. Kesetiaan pada persaudaraan di atas politik kepentingan.

Karena sejatinya, Maulid Nabi adalah pengingat bahwa kepemimpinan bukan tentang kuasa, melainkan tentang amanah.

Ketika shalawat menggema di bawah kubah Istiqlal, rakyat menundukkan kepala, berdoa dalam hening. Mereka berharap pemimpin bangsa ini benar-benar belajar dari teladan Rasulullah: sederhana, adil, penuh kasih, dan berani menegakkan kebenaran.

Di luar masjid, kehidupan rakyat terus berjalan. Harga kebutuhan pokok, kesenjangan sosial, dan rasa ketidakadilan masih nyata. Di sinilah cinta Rasulullah diuji: bukan di panggung pidato, melainkan di kebijakan nyata.

Dan malam itu, Maulid Nabi menjadi cermin. Dari cermin itu, rakyat melihat wajah pemimpinnya—dan bertanya dalam hati: apakah mereka benar-benar akan meneladani Rasul, atau sekadar mengucapkan namanya?

Maulid Nabi Muhammad SAW bukan sekadar peringatan kelahiran seorang manusia agung. Ia adalah pengingat abadi bahwa kekuasaan adalah amanah, bukan privilese. Rasulullah hadir bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk membela mereka yang tak bersuara, untuk menegakkan keadilan, dan untuk menebarkan kasih sayang di tengah gelapnya penindasan.

Malam di Istiqlal telah menghadirkan doa dan janji. Presiden berbicara tentang akhlak, wakilnya bicara tentang generasi muda, media menyiarkan gema shalawat ke seluruh negeri. Tapi, rakyat tidak lagi haus kata-kata. Mereka haus bukti.

Jika benar Maulid Nabi menjadi momentum, maka semestinya ia diwujudkan dalam kebijakan: hukum yang adil, ekonomi yang berpihak, dan keberanian melawan korupsi yang menggerogoti negeri.

Karena cinta Rasul bukan hanya diucapkan, tetapi diwujudkan dalam keberpihakan nyata kepada kaum tertindas. Dan jika pemimpin negeri ini sungguh meneladani Nabi, maka rakyat akan melihatnya bukan dari pidato, tetapi dari tindakan.

Istiqlal telah bersuara. Kini giliran kekuasaan membuktikan. (sa/by)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Maulid Nabi di Istiqlal: Saat Pemimpin Bicara Akhlak, Rakyat Menanti Bukti

Trending Now

Iklan