JBN NEWS | BANDUNG — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bikin gebrakan, Rabu (10/9). Bakal narik Rp200 triliun dari total Rp425 triliun uang negara yang disebut mengendap di Bank Indonesia (BI).
"Saya sudah lapor ke Presiden (Prabowo), 'Pak, saya akan taruh uang ke sistem perekonomian'. Saya sekarang punya Rp425 triliun di BI, cash. Besok saya taruh Rp200 triliun," kata Purbaya dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI.
Menurut Purbaya, uang yang mengendap itu berasal dari pungutan pajak dan sumber lain. Kalau dibiarkan di BI, uang ini tidak bisa diakses perbankan, padahal bisa lebih bermanfaat jika masuk ke perputaran ekonomi rakyat.
Dari Bandung, Krisna, pegawai salah satu bank BUMN, ikut menegaskan efek positif langkah ini.
"Kalau kredit makin luas ke rakyat kecil, transaksi jalan terus. Bank juga happy karena risiko nyebar. Profit? Auto naik. Jadi ya double kill bro!" ujarnya, pada pewarta, Kamis (11/10).
Ia menilai langkah Purbaya ini selaras sama konsep demand-driven economy dan filosofi Sumitronomic, ekonomi digerakin kebutuhan rakyat, bukan cuma duit besar dari luar negeri. Dengan kredit murah, rakyat kecil punya “amunisi” buat usaha, belanja, dan muterin duit sampai ke level nasional. Efeknya? transaksi jalan terus, ekonomi hidup, bank juga happy.
Simulasi pemerintah pun bikin heboh, kalau Cost of Fund turun 10 basis poin, laba bersih bank bisa naik:
- BRI: +2%
- Bank Mandiri: +3%
- BNI: +5%
- BTN: +12%
Artinya, ngasih kredit ke rakyat kecil nggak bikin bank rugi, malah bikin sektor finansial lebih sehat karena duit ngalir ke sektor riil, bukan spekulasi.
Data World Bank (2020) nunjukkin, ekonomi yang digerakin konsumsi rumah tangga dan UMKM lebih tahan banting dibanding investasi asing. Dani Rodrik (2018) bilang, akses finansial ke rakyat bawah punya multiplier effect 3x lipat dibanding investasi padat modal.
Teori Schumpeter juga setuju, entrepreneur kecil itu mesin pertumbuhan. Jadi, gebrakan Menkeu ini bukan cuma langkah ekonomi, ini level up mindset ekonomi nggak cuma buat konglomerat, rakyat kecil bisa jadi booster utama.
Krisna menutup dengan punchline yang mantap, "Rakyat kecil dikasih akses, mereka belanja, usaha naik, cicilan lancar. Bank profit, rakyat naik kelas. Ini mutualisme khas Indonesia, coy!". Kalau konsisten, ini bisa jadi era baru ekonomi kerakyatan ala Sumitronomic inklusi, modern, dan tetap bikin bank cashing in.(sa/by)