JBN NEWS ■ Ada fenomena baru di Pemalang, Jawa Tengah. Sejak merebaknya pandemi corona justru sejumlah rumah sakit di Kabupaten Pemalang sepi pasien dan pembesuk.
Akibat fenomena ini, mereka yang mempunyai usaha di sekitar lingkungan Rumah Sakit omsetnya langsung anjlok.
"Sejak maraknya Corona penghasilan saya merosot tajam, itu mungkin akibat dari berkurangnya jumlah pasien, dan otomatis mengurangi pula jumlah pembesuk yang datang," terang Wulan, pedagang di sekitaran RSI muhamadiyah Moga, Kabupaten Pemalang.
Menurut wulan, dunia usaha akan ikut sakit lebih parah jika corona tak kunjung hilang.
Sementara itu, pantauan reporter dilapangan, tidak kurang dari tiga lokasi rumah sakit berbeda yang berhasil terpantau situasinya hampir mirip, banyak kamar kosong dan sepi dari pembesuk.
"Rumah sakit kami buka dan beraktivitas seperti biasa, bahkan ada peningkatan untuk mengantisipasi apa bila terjadi kasus corona, tentang banyaknya kamar yang tidak terisi oleh pasien, saya tidak bisa menganalisa apa lagi menghubungkan dengan wabah yang sedang melanda dunia," kata Dr. Bambang, yang bertugas pada Minggu 7 Maret 2020 di RSI Moga.
Secara umum kegiatan dan aktivitas memang ditingkatkan selama 24 jam tiap harinya, terutama di sektor penjagaan dan pengawasan terhadap pasien, penjaga pasien dan pembesuk dengan SOP yang diterapkan oleh pihak RS.
Bahkan sejumlah rumah sakit pun padat dengan jadwal penyemprotan disinfektan secara terjadwal dan penggunaan hand sanitasi juga diwajibkan untuk dua orang, paling banyak bagi penunggu dan pembesuk.
SOP tersebut diharapkan menjaga lingkungan RS tersebut sudah benar benar di steril dari kemungkinan adanya virus china atau COVID 19.
Seorang pembesuk pasien yang tengah dirawat akibat penyakit typus yang dialaminya dirawat di ruang Asyifa kamar 5 RSI Muhamadiyah Moga kabupaten Pemalang juga mengaku heran dengan fenomena ini.
"Ini betul dan bukan hoax, dari sekian banyak kamar yang ada lebih banyak yang kosong dibanding yang terisi oleh pasien.
Padahal RS ini sebelum marak ada penyakit dari negeri Jiran, selalu penuh bahkan sering tidak muat menampung pasien," terangnya.
Dia menuturkan, seminggu aku berusaha merawat anak yang sedang sakit ini mengandalkan obat jalan dari klinik yang ada di kecamatan Pulosari, dari situ sudah dianjurkan agar dirawat di RS yang lebih mumpuni peralatannya.
Karena dorongan rasa takut dan khawatir akan tertularnya covid-19, spontan dengan berbagai macam alasan berhasil mengelabui untuk menolak. Meskipun perawatan di rumah tidak membawa hasil sesuai harapan, bahkan kondisinya lebih parah dari sebelumya.
"Endingnya saya bawa ke sini dan segala kekhawatiran pun sudah sirna, sebagai dokter menyatakan sudah bisa pulang," kata Halimah ibu si pasien. Hal senada juga diutarakan oleh beberapa orang yang sedang menunggui keluarganya.
Fenomena ini mungkin merupakan bentuk kesadaran masyarakat untuk melaksanakan Social distancing for coronavirus yang di canangkan pemerintah atau mungkin ada unsur lain, seperti ekonomi yang semakin sulit misalnya? sehingga orang sakit berani menunda penyembuhannya untuk mengejar tidak kena penyakit, apalagi Covid-19.
Terkait hal ini, belum ada kajian ilmiah yang sudah di umumkan tentang fenomena yang terjadi saat ini, terutama di Pemalang.
Namun demikian, banyak masyarakat umum dan keluarga pasien yang menyimpulkan bahwa ketakutan berinteraksi dengan banyak orang dari beragam latar belakang apa lagi di tempat gudangnya penyakit otomatis kekhawatiran akan memunculkan kewaspadaan penuh.
Mungkin kalau keadaan sangat terpaksa baru mau berurusan dengan tempat-tempat berpotensi rawan, salah satunya ditempat-tempat pengobatan dan sejenisnya.
■ Himawan